Minggu, 17 Oktober 2010

BAB 3 INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT

KELOMPOK 6

1). Menjelaskan Makna Keluarga
       Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab diantara individu tersebut. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, dhidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

2). Menjelaskan Makna Masyarakat
       Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Masyarakat merupakan subjek utama dalam penelitian ilmu sosial .Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

3). Menjelaskan Hubungan Antara Individu, Kelompok, dan Masyarakat
       Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang hidup dalam kelompok dan mempunyai organisme yang terbatas di banding jenis mahluk lain ciptaan Tuhan. Untuk mengatasi keterbatasan kemampuan organisasinya itu, menusia mengembangkan sistem-sistem dalam hidupnya melalui kemampuan akalnya seperti sistem mata pencaharian, sistem perlengkapan hidup dan lain-lain. Dalam kehidupannya sejak lahir manusia itu telah mengenal dan berhubungan dengan manusia lainnya. Seandainya manusia itu hidup sendiri, misalnya dalam sebuah ruangan tertutup tanpa berhubungan dengan manusia lainnya, maka jelas jiwanya akan terganggu.
Ilmu. Manusia itu pada hakekatnya adalah mahluk sosial, tidak dapat hidup menyendiri. Ia merupakan “Soon Politikon” , manusia itu merupakan mahluk yang hidup bergaul, berinteraksi. Perkembangan dari kondisi ini menimbulkan kesatuan-kesatuan manusia, kelompok-kelompok sosial yang berupa keluarga, dan masyarakat.

STUDI KASUS KONFLIK DALAM INDIVIDU
      Masalah narkoba merupakan masalah nasional dan internasional. Perkembangannya dari hari ke hari sulit untuk diberantas. Menurut hasil penelitian Dadang Hawari, Irawati Hawari dan Asmarohadi tahun 1998 terhadap 100 penderita atau pasien, hasilnya setiap penderita ketergantungan narkotika jenis opiat (heroin) yang diperiksa, ada 9 hingga 10 penderita lainnya (9,72%). Kematian pada penderita ketergantungan narkotika jenis opiat (heroin) mencapai 17,16%. Dengan demikian, jika ditemukan satu orang korban narkotika, maka jumlah korban narkotika yang ada di sekitarnya diperkirakan adalah 9 atau 10 kalinya. Angka ini pun didukung oleh ketentuan WHO. Risiko kematian, baik akibat over dosis (OD) atau lainnya juga relatif tinggi mencapai 17,16%.

OPINI
       Narkoba merupakan obat yang dapat merusak masa depan seseorang dan bisa menyebabkan kematian. Padahal sudah ada hukumannya bagi orang-orang yang mengonsumsi atau mengedarkan narkotika, tapi memang hukum di Indonesia ini sudah tidak setegas hukum di Saudi Arabia yang sangat sadis. Kita sebagai generasi muda yang sudah tahu akibat dari pemakaian narkoba di wajibkan untuk tidak mengonsumsinya, karena jika sudah kecanduan sangat susah untuk dihentikan dan jika sudah over dosis seorang tersebut bisa meninggal.
STUDI KASUS ANTAR KELOMPOK
       Pada waktu sekarang ini tentunya sudah tidak asing lagi dengan perilaku tawuran yang dilakukan oleh berbagai suporter di kancah liga super indonesia. Bahkan tawuran seperti ini tidak jarang mengakibatkan luka-luka hingga berujung pada kematian. Tawuran ini sangat mudah dipicu dengan saling olok-mengolok antar suporter, tensi pertandingan, kepemimpinan wasit, dan masih banyak pemicu lainnya. Pemicu inilah yang memudahkan munculnya tawuran antar suporter yang merasa geram, tidak terima, ataupun kesal terhadap suporter lawan. Lokasi tawuran sendiri sering juga terjadi dikota-kota besar di indonesia, khususnya daerah barat indonesia. Hal ini senada dengan seringnya pertandingan-pertandingan klub elit di indonesia. Klub elit inilah yang memiliki suatu magnet yang luar biasa dalam mendatangkan keuntungan bagi pihak penyelenggara tetapi juga mendatangkan kerusakan di daerah kota akibat tawuran. Fanatisme dalam persepakbolaan di indonesia memang sangat berlebihan dan bersifat lokal bukan secara universal. Inilah yang dapat mengakibatkan munculnya permusuhan antara pendukung tim satu dengan tim yang lain. Berbeda dengan liga eropa seperti halnya inggris. Fanatisme lebih bersifat universal akibat meratanya pemain tim nasional inggris diberbagai klub liga inggris, dan juga di dukung dengan prestasi yang diraih oleh tim nasional mereka. Jika tim nasional indonesia memiliki reputasi yang baik di kancah internasional maka fanatisme lokal akan berubah menjadi fanatisme universal, akibat meratanya pemain tim nasional yang mereka gandrungi. Sehingga sehingga pemain Medan dianggap juga milik orang Surabaya, pemain Surabaya jadi milik orang Makassar, dan seterusnya.Kefanatikan lokal dapat membuat suatu kelompok menjadi sangat solid kerena mereka mempunyai keterikatan bersama sehingga sikap imitasi dari sebagian besar anggota suporter yang masih remaja ini dikhawatirkan memicu problem sosial yang lebih serius. Mungkin awalnya hanya senang, namun selanjutnya memberi contoh sehingga ikut senang merusak.
http://www.psikologizone.com/konformitas-dalam-perilaku-tawuran-supporter-sepak-bola

OPINI
      Minimnya solidaritas antarindividu atau kelompok yang menyebabkan tauran sering terjadi, padahal pengawasan oleh pihak kepolisian sudah sangat ketat, tapi masih saja terjadi keributan. Ada yang ribut karena idolanya di olok-olokan, ada yang berkelahi karena pemainnya kalah dalam pertandingan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Andaikan saja kefanatisme di Indonesia bersifat universal seperti di negara Inggris, hal seperti tauran tersebut tidak akan pernah terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar