Jumat, 15 Oktober 2010

BAB 2 PENDUDUK, MASYARAKAT, DAN KEBUDAYAAN

KELOMPOK 6
SUB BAB 17-19

(17). MACAM-MACAM NORMA MENURUT KEKUATAN PENGIKATNYA

Macam-macam norma yang telah dikenal luas ada :
a. Norma Agama : Suatu norma yang berdasarkan ajaran atau kaidah suatu agama. norma ini bersifat mutlak dan mengharuskan ketaatan bagi para pemeluk atau penganutnya. yang taat akan diberikan keselamatan di akhirat, sedangkan yang melanggar akan mendapat siksaan di akhirat. agama bagi bangsa Indonesia dapat membentuk masyarakat religius yang hidup penuh keseimbangan jasmani dan rohani.
b. Norma Kesusilaan : Ialah peraturan hidup yang berasal dari suara hati nurani atau akhlak manusia. Pelanggaran norma kesusilaan ialah pelanggaran perasaan yang berakibat penyesalan. Norma kesusilaan bersifat umum dan universal, dapat diterima oleh seluruh umat manusia.
c. Norma Kesopanan : Ialah norma yang berpangkal dari aturan tingkah laku yang berlaku dimasyarakat seperti cara berpakaian, cara bersikap dalam pergaulan, dan berbicara. Norma ini bersifat relatif. Maksudnya, penerapannya berbeda di berbagai tempa, lingkungan, dan waktu.
Akibat dari pelanggaran terhadap norma ini ialah dicela sesamanya, karena sumber norma ini adalah keyakinan masyarakat yang bersangkutan itu sendiri.

18). CONTOH NORMA YANG ADA DI MASYARAKAT
Contoh norma agama :
a) Norma agama Islam antara lain kewajiban melaksanakan rukun Islam dan rukun Iman
b) Dalam agama Kristen, kewajiban menjalankan sepuluh perintah Allah
c) Dalam agama Hindu, kepercayaan terhadap reinkarnasi, yaitu adanya kelahiran kembali bagi manusia yang telah meninggal sesuai dengan karmanya, sesuai dengan kehidupannya di masa lampau
Contoh norma kesusilaan
Perilaku yang menyangkut nilai kemanusiaan seperti pembunuhan, pemerkosaan, dan pengkhianatan, pada umumnya ditolak oleh setiap masyarakat di manapun
Contoh norma kesopanan
a) Tidak memakai perhiasan dan pakaian yang mencolok ketika menghadiri suasana berkabung,
b) Mengucapkan terima kasih ketika mendapatkan pertolongan atau bantuan,
c) Meminta maaf ketika berbuat salah atau membuat kesal orang lain.

19). 8 PRANATA SOSIAL YANG ADA DI MASYARAKAT
1) Berdasarkan perkembangannya, yaitu :
* Crescive Institution
* Enacted institution
2) Berdasarkan sistem nilai yang diterima masyarakat, yaitu :
* Basic institution
* Subsidiary institution
3) Berdasarkan penerimaan masyarakar, yaitu :
* Approved / social sanctioned institution
* Unsactioned institution
4) Berdasarkan factor penyebabnya, yaitu :
* General institution
* Restricted institution 


STUDI KASUS

PENGEMIS
       Hampir di setiap lampu merah di kota Malang ataupun mungkin di kota lainnya sering kita lihat pemandangan pengemis baik laki maupun perempuan baik anak-anak maupun yang tua baik yang cacat, pura-pura cacat maupun yang sehat jiwa raga meminta belas kasihan para pengendara yang kebetulan sedang berhenti terkena lampu merah.Tidak jarang orang yang iba dan memberi uang lebih kepada para pengemis melihat pemandangan tersebut. Tapi yang sekarang jadi masalah adalah apakah kita masih merasa iba melihat kenyataan sebenarnya bahwa para pengemis tetap orang yang itu-itu saja dan menjadikan penegmis sebagai suatu profesi bagi mereka.Kenyataan ini mungkin akan menjadi sah dan bisa ditolerir apabila seorang pengemis tersebut mungkin seorang manula atau seorang cacat yang tidak bisa bekerja lagi dikarenakan keadaan fisiknya. Tapi apakah kita masih bisa tetap mentolelir apabila anak muda yang sehat dan tidak sekolah atau seoprang ibu sehat yang membawa anaknya dan mengorbankan pendidikan anaknya atau seorang yang dengan segala tipu dayanya mengelabui para pengendara dengan membuat dirinya seakan-akan orang cacat meminta-minta uang di tepi atau di tengah jalan. Pernah suatu sore saya bertemu dengan seorang pengemis anak-anak kira-kira umurnya 9 tahun esok pagi harinya lagi saya bertemu lagi dengan anak yang sama sehingga sayapun bertanya “le awakmu gak sekolah ta?”. Dengan jawaban yang polos ia menjawab “enggak mas” esok harinya lagi kira-kira jam 05.30 saya bertemu lagi di tempat yang sama anak itu dijemput dari “tempat kerjanya” oleh ibunya menggunakan Yamaha Vega.Bayangkan seorang anak kecil dikader untuk menjadi seorang pemalas yang oportunis dimana orang lain rela menjual sepeda motor untuk biaya sekolah anaknya tapi seorang ibu berkendaraan Yamaha Vega menyuruh anaknya mendapat uang dengan mudah dengan cara merendahkan harga diri anaknya dengan cara lebih memilih mengemis daripada sekolah. Kalau kita berpikir siapa yang salah? Mungkin kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pengemis tersebut bila menjadikan ngemis sebagai sebuah profesi. Karena bila kita lihat pada kondisi Indonesia saat ini orang tua untuk menyekolahkan anaknya dibutuhkan biaya yang tidak sedikit minimal 500 ribu belum lagoi ditambah dengan berbagai macam uang sekolah seperti uang ujian, uang bangku uang gedung dan lain-lain yang mungkin bila ditotal dalam 1 tahun bisa mencapai lebih dari 1 juta.

OPINI


      Banyak masyarakat Indonesia yang kurang dari segi ekonominya merelakan anak-anak di bawah umur untuk bekerja yang seharusnya mereka merasakan pendidikan. Ada juga yang menjadi pengemis dan berpura-pura cacat, agar di kasihani oleh orang-orang yang melihatnya, dan ada juga yang lulusan smp tidak melanjtkan sekolah ke sma melainkan malah bekerja menjadi pembantu rumah tangga. Itu semua disebabkan oleh pemerintah yang rata-rata hanya memikirkan kepentingan pribadi seperti korupsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar